Hosting Unlimited Indonesia

Sesar Aktif sebagai Penyebab Gempa di Pidie Jaya Aceh

Sepanjang pulau sumatra terdapat sesar 
Penyebab terjadinya gempa 7 Desember 2016 di Pidie Jaya Aceh adalah karena aktifitas sesar aktif. Apakah Anda tahu, Apakah Sesar itu? berikut ini penjelasannya secara lengkap beserta video animasinya.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, dijelaskan:
Sesar ( patahan ) adalah fraktur planar atau diskontinuitas dalam volume batuan, di mana telah ada perpindahan signifikan sebagai akibat dari gerakan massa batuan. Sesar-Sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan hasil dari aksi gaya lempeng tektonik , dengan yang  terbesar membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform. Energi yang dilepaskan menyebabkan gerakan yang cepat pada sesar aktif yang merupakan penyebab utama gempa bumi. Menurut ilmu geofisika, sesar (Patahan) terjadi ketika batuan mengalami tekanan dan suhu yang rendah sehingga sifatnya menjadi britlle (rapuh).
Sesar merupakan retakan pada batuan yang telah mengalami pergeseran. Apabila retakan batuan belum bergerak atau bergeser dinamakan kekar (joint). Sesar dapat berupa retakan tunggal, membentuk lajur atau zona sesar (fault zone) yang terdiri dari sekumpulan retakan.
Struktur sesar adalah rekahan yang mengalami geser-geseran yang jelas (Tjia, 1977). Pergerakan dapat berkisar dari beberapa milimeter sampai ratusan meter dan panjangnya dapat mencapai beberapa desimeter hingga ribuan meter. Sesar dapat terjadi pada segala jenis batuan. Akibat terjadinya pergeseran itu, sesar akan mengubah perkembangan topografi, mengontrol air permukaan dan bawah permukaan, merusak stratigrafi batuan, dan sebagainya.

Jenis-jenis Sesar
Sesar dapat diklasifikasikan berdasarkan gerak relatif hanging wall dan foot wall, ada tidaknya gerakan rotasi, rake net slip, keaktifan sesar, dan kumpulan sesar.

Berdasarkan gerak relatif hanging wall dan foot wall, sesar dibagi menjaditiga, yaitu :

1. Sesar naik (reverse fault),
Kebalikan dari normal fault, untuk jenis reserve fault ini merupakan patahan yang terjadi dengan arah foot wall yang relatif turun dibandingkan dengan hanging wall. Ciri yang mudah ditemukan pada jenis patahan ini adalah tingkat kemiringannya yang relatif kecil yaitu sekitar 45 derajat saja atau setengah dari kemiringan normal fault.
Sesar naik umumnya terdapat pada zona kerak yang tebal dan memungkinkan terbentuknya pegunungan. Sesar ini umumnya dihasilkan oleh mekanisme penganatan yang berasosiasi dengan zona subduksi atau struktur geologi lipatan. Kenampakan bentuk lahan berupa kelurusan gawir sesar, pengangkatan teras (pantai, sungai), perbukitan antiklin dan sinklin pada dataran rendah. Penanda utama sesar aktif naik adalah kontak antara batuan berumur tua dan muda. Contohnya, Sesar Walat di Pegunungan Walat, Sukabumi berada pada batas kontak antara Formasi Walat berupa batupasir kuarsa berumur Oligosen awal (sekitar 30 juta tahun yang lalu) dengan satuan batuan gunung api Gunung Pangrango berumur Holosen.

2. Sesar mendatar / sesar geser (strike fault),
Untuk jenis strike fault ini merupakan patahan yang memiliki arah relatif mendatar baik itu ke kiri maupun ke kanan. Arah patahan ini memang tidak seluruhnya bergerak dengan arah mendatar namun juga bisa dengan arah vertikal. Pada patahan jenis ini yang bergerak ke arah kiri disebut dengan dekstral sedangkan untuk patahan yang bergerak ke kanan disebut dengan sinistral.
Sesar mendatar menghasilkan bentukan lahan yang lebih bervariasi dibandingkan dengan bentuk lahan akibat sesar aktif normal atau sesar naik. Ciri utama sesar aktif mendatar adalah adanya pergeseran (off set) pada sungai, bukit, kipas aluvial, teras, dan endapan aluvial. Pergeseran ini akan terlihat secara jelas dari data citra beresolusi tinggi. Keller dan Pinter (1996), menyebutkan bahwa kenampakan lahan lainnya adalah lembah linier, pembelokan sungai, pergeseran sungai, pembelokan pegunungan, gawir sesar, sagpond, mata air, benches, dan pegunungan tertekan. Sepanjang zona sesar ini dapat terbentuk berbagai variasi struktur seperti rekahan, lipatan, sesar normal, sesar naik, depresi, graben dan small horst. Bentuk lahan yang mengalami pergerakan pada batuan berumur lebih tua akan sulit diamati. Hal ini disebabkan telah tertutupnya bentuk lahan oleh proses sedimentasi dan erosi.

3. Sesar normal / sesar turun (normal fault).
Patahan dikatakan masuk ke dalam normal fault jika patahan tersebut memungkinkan satu block misalnya bagian foot wall memiliki lapisan yang bergerak searah namun relatof naik terhadap blok lainnya yaitu hanging wall. Ciri yang sangat mudah ditemukan pada jenis normal fault adalah tingkat kemiringannya yang hampir 90 derajat
Sesar normal pada umumnya terjadi pada zona ekstensi kerak (crustal extension) baik di darat maupun laut. Kenampakan bentuk lahan berupa gawir sesar, lembah curam, perbukitan faset segitiga dengan permukaan lurus dan kasar, dan perbukitan faset segitiga yang dapat diikuti oleh endapan kipas aluvial, dan graben. Di samping itu, pada sesar normal, kenampakan bidang sesar permukaan dapat membentuk sudut curam sekitar 60 derajat

Berdasarkan Klasifikasi Sesar oleh E.W.Spencer, (1977), sesar dikelompokkan menjadi:
  1. Sesar translasi, merupakan sesar dimana tidak ada gerak rotasi dari masing-masing blok dan garis-garis sejajar dari blok yang berlawanan tetap sejajar.
  2. Sesar rotasi, yaitu sesar dimana ada gerak rotasi dari blok yang satu terhadap yang lain dan garis-garis sejajar dari blok yang berlawanan menjadi tidak sejajar.

Berdasarkan besar rake dari net slip (Billinge 1977)., sesar terbagi menjadi:
  1. Strike Slip Fault, yaitu bila rake 0 derajat dan arah gerakan sejajar terhadap jurus bidang sesar.
  2. Dip Slip Fault, yaitu bila rake 90 derajat dan arah gerakan tegak lurus dengan jurus bidang sesar.
  3. Diagonal Fault, yaitu bila rake tidak sama dengan 0 derajat dan 90 derajat.

Berdasarkan keaktifan sesar, sesar diklasifikasikan menjadi:
 Menurut Tjia (1976), tingkat keaktifan sesar dibedakan atas:
  1. Sesar Aktif, yaitu pergeseran sesar terjadi pada waktu Holosen atau selama sejarah geologi.
  2. Sesar berkeaktifan potensial, yaitu sesar terjadi pada batuan berumur kwarter dan terjadi pada daerah gempa bumi / gunungapi.
  3. Sesar berkeaktifan tidak pasti, yaitu pergeseran sesar yang terjadi lebih tua daripada kwarter, sesar ini terjadi pada batu gamping dan pada lereng yang curam.

Berdasarkan kumpulan sesar dengan kekhasan yang dimilkinya, sesar dibagi menjadi:
  1. Concentric Fault, yaitu kumpulan sesar yang konsentris terhadap satu pusat.
  2. Radial Fault, merupakan kumpulan sesar yang arahnya membentuk pola.
  3. Rectilinier Fault, yaitu kumpulan sesar yang membentuk pola garis hampir tegak lurus.
  4. Paralel Fault, merupakan kumpulan sesar yang membentuk pola sejajar satu dengan lainnya.

Berdasarkan orientasi pola tegasan utama yang menyebabkannya (Anderson, 1951) :
  1. Thrust fault, jika pola tegasan utama maksimum dan intermediet adalah horizontal.
  2. Normal fault, jika pola tegasan utama maksimum adalah vertikal.
  3. Wrench fault (strike slip fault), jika suatu pola tegasan utama maksimum dan minimum adalah gorizontal.

Cara Mengetahui adanya Sesar di Suatu wilayah
Untuk mengetahui adanya sesar di suatu wilayah, kita dapat melihat dari tanda-tanda sesar. Adapun pengenalan tanda sesar dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Sesar Normal
    1. Pembreksian dan pemilonitan kurang dari gejala-gejala serupa pada jalur sesar mendatar atau jalur sesar sungkup. Tebal jalur sesar normal juga lebih tipis dibanding dengan jalur sesar yang lain.
    2. Sesar normal dapat berpola sejajar dengan struktur daerah (yaitu sejajar dengan sumbu perlipatan), tegak terhadap struktur, radial atau tangential terhadap struktur kubah dan gunungapi. Ada kalanya struktur tidak memperlihatkan hubungan dengan sesar. Dalam hal demukian barangkali sesar mengikuti bidang lemah yang ada pada kerak bumi.
    3. Sesar normal jelas menunjukkan keadaan tegangan (tension) ditempat sesar berada..
    4. Nilai gerak sesar tegak (fault throw) dapat mencapai ratusan meter, akan tetapi tiap-tiap satu pergerakan biasanya tidak melebihi 10 m dan rata-rata berkisar antara 2 - 5 m.
    5. Dapat menimbulkan sesar-sesar jenjang yaitu terban (gradien) dan sembul (horst).
    6. Sesar normal dapat bersumber pada sebab-sebab dangkal (seperti akibat undermining, collapse daripada ruangan di bawah permukaan bumi, pengambilan air tanah atau minyak tanah yang berlebihan), atau akibat kejadian yang lebih dalam seperti pengosongan dapur magma di bawah gunungapi, pelongsoran bawah anah sepanjang lapisan plastik (lempung, anhidrit, garam batu), penggelembungan muka bumi (oleh intrusi batuan beku, penyesaran sungkup).
    7. Kemiringan bidang sesar curam, yaitu sekitar 60 derajat. Slickerside pada bidang sesar menukik curam.
    8. Kemungkinan ada sesar sintetik dan antitetik. Sesar antitetik membuat sudut curam dengan muka bumi serta membuat sudut dihedron sebesar 50 derajat sampai 60 derajat dengan sesar induk. Sesar sintetik sejajar dengan sesar induk.
    9. Efek sekunder dari penyesaran normal adalah susutan darat (mass wastage) berupa tanah logsor pada tebing-tebing yang curam.
2. Sesar Naik
  1. Jalur sesar tersingkap berliku-liku di permukaan bumi, terutama pada sesar sungkup.
  2. Bidang sesar membuat sudut 30 derajat atau lebih dengan muka bumi (sesar naik) atau membuat sudut lebih kecil daripada 30 derajat (sesar sungkup). Slickenside pada bidang sesar adalah tegak hingga serong terhasap jurus sesar.
  3. Sesar naik hingga sungkup dapat berubah jadi lipatan pada ujung sesar.
  4. Naiknya arah pergeseran sesar hingga sungkup hanya dapat diketahui dengan penyelidikan terperinci, seperti memperhatiakan gejala seretan, tanda-tanda kecil pada bidang sesar. Kerap kali pergeseran adalah searah dengan slickenside dan mendaki bidang sesar.
  5. Sesar naik dansesar sungkup dapat disebabkan oleh longsoran atau oleh daya tektonik. Dengan lain perkataan kompresi penyebab sesar naik / sungkup bekerja pada bidang horizontal atau hampir horizontal.Sesar-sesar naik sekunder yang berjurus sejajar dengan sesar naik (atau sungkup) utama terdapat pada bagian yang naik. Sering kepingan-kepingan batuan yang terapit sesar naik membentuk struktur imbrikasi.
  6. Batuan yang lebih tua menindih batuan yang lebih muda.
  7. Pembreksian dan pemilonitan membentuk jalur sesar yang jelas.
  8. Suatu system sesar naik hingga sungkup selalu disertai sesar-sesar turun yang berukuran lebih kecil. Sesar normal tersebut dianggap sebagai akibat gaya berat yang memulihkan keseimbangan isostasi setelah ini terganggu oleh penyesalan naik hingga sungkip itu.
3. Sesar Mendatar

  1. Pembreksian dan permilonitan jelas dan dapat meliputi jalur batuan yang remuk sampai seratus meter lebih. Seluruh jalur sesar mencapai lebar sampai sepuluh kilometer (termasuk flaser-flaser).
  2. Di dalam jalur sesar garis-garis sesar memperlihatkan pola anyaman. Diantara sesar, batuan yang tidak terganggu berbentuk kanta (‘Flaser’) dan berukuran panjang dan lebar sampai rausan meter.
  3. Arah pergeseran horizontal dapat ditunjukkan oleh alihan batas batuan, retakan sekunder seperti rencong (en echelon fractures), gejala seretan, serta pada sesar mendatar hidup ada tanda seperti alihan terhadap bangunan, jembatan, jalan kereta api, lembah sungai, dan endapan berusia muda (endapan sungai dan gunung api yang masih hidup), pola tanaman yang teganggu dan suatu morfologi yang dikenal sebagai shutter ridges.
  4. Kemiringan bidang sesar sangat curam dan umumnya tegak. Slickenside pada bidang sesar adalah mendatar atau hampir mendatar.
  5. Sesar mendatar nampak di permukaan sebagai garis-garis berjalur lurus lagi panjang. Panjang jalur sesar mencapai puluhan hinggan ratusan meter pada sesar yang sejajar atau hampir sejajar dengan struktur regional.
  6. Jalur sesar mendatar sering ditandai oleh deretan kolam (sag ponds).
  7. Tebing tebing curam sepanjang sesar dapat menghadap ke arah yang berlawanan pada jarak dekat.
  8. Batuan berdampingan yang dibatasi sesar dapat berbeda jenis dan usia geologi.
  9. Sesar mendatar hampir selalu disebabkan oleh daya tektonik dan disertai gempa berfokus dangkal (kurang dari 35 kilometer).
  10. Jumlah pergerakan mendatar meliputi ratusan kilometer tetapi tiap kali terjadi pergeseran jumlah pergerakan tidak melebihi 5 m, bahkan umumnya hanya beberapa desimeter saja.
  11. Efek sekunder dari penyesaran mendatar adalah tanah longsor pada tebing curam, sesar normal sepanjang bidang lemah dalam kerak bumi, penggelembungan permukaan tanah sampai beberapa desimeter dekat jalur sesar. 
Lihat Video tentang Pembelajaran Sesar (Patahan) berikut ini:

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sesar Aktif sebagai Penyebab Gempa di Pidie Jaya Aceh"

Post a Comment